Breaking News

MAKALAH SISTEM MUSKULUSKELETAL

KASUS :
Tn. C 35 tahun dirawat di Rumah Sakit akibat kecelakaan lalu lintas dengan keluhan, saat pengkajian ditemukan keluhan nyeri yang terus menerus dan bertambah berat jika digerakkan. Pada saat dilakukan palpasi teraba adanya deformitas pada ekstremitas dan suara krepitus pada tulang, terdapat pembengkakan dan daerah bengkak berubah warna. Klien tidak dapat menggerakkan ekstremitasnya.
Berdasarkan kasus diatas dan dengan melihat tanda dan gejalanya, dapat disimpilkan bahwa Tn. C mengalami fraktur pada ektremitasnya.

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN

Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara menurut Doenges (2000) memberikan batasan, fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan.


B. PENYEBAB (ETIOLOGI)
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba / mendadak dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan secara langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat tekanan berulang.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelainan tulang.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh (osteoporosis).



C. KLASIFIKASI
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi Fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:
• Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
• Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
• Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melewati kulit.
• Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:
1. Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.
2. Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot.
3. Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, otot dan kulit.
3. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
• Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang ( retak dibawah lapisan periosteum) / tidak mengenai seluruh kortek, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
• Transverse yaitu patah melintang ( yang sering terjadi ).
• Longitudinal yaitu patah memanjang.
• Oblique yaitu garis patah miring.
• Spiral yaitu patah melingkar.
• Communited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil
4. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
• Tidak ada dislokasi.
• Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
a. Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut.
b. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.
c. Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.
d. Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan over lapp ( memendek ).


D. MANIFESTASI KLINIK
Banyak sekali manifestasi klinik tentang fraktur. Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:
1. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak / edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar / ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
4. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
6. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
7. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.


9. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
10. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.


G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma. Dan jenis fraktur.
2. Scan Tulang, tomogram, CT Scan / MRI : memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat umutk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vasskular.
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau cedera hati.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak.
1. Reposisi / reduksi. Jenis-jenis fracture reduction ( reposisi ) yaitu:
• Manipulasi atau close reduction : Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.
• Open reduction : Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
• Traksi : Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a) Skin Traksi : Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
b) Skeletal traksi : Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.
• Immobilisasi : Setelah dilakukan reposisi dan posisi fragmen tulang sudah dipastikan pada posisi baik hendaknya di immobilisasi dan gerakkan anggota badan yang mengalami fraktur diminimalisir untuk mencegah fragmen tulang berubah posisi.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
• Nama : Tn. C
• Umur : 35 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Pendidikan :
• Alamat :
• Pekerjaan :
• Agama :
• Suku bangsa :
• Tanggal dan jam MRS :
• Nomor register :
• Diagnosa medis : Fraktur
2. Aktivitas istirahat
Tanda : keterbatasan gerak / kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena (dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan / nyeri). Adanya kesulitan dalam istirahat tidur akibat nyeri.
3. Sirkulasi
Tanda : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagi respons terhadap nyeri / ansietas)
Atau hipotensi (hipovolemia). Takikardia (respons stres, hipovolemia). Enurunan atau tak teraba nadi distal, pengisian kapiler lambat, kulit dan kuku pucat / sianotik. Pembengkakan jarinagn atau massa hematoma paada sisi cedera.
4. Neurosensori
Gejala : hilang gerak / sensasi, spasme otot. Kebas / kesemutan (parestesi)
Tanda : deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan / hilang fungsi. Agitasi berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkinterlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
6. Keamanan
Tanda : laserasi kulit, avualsi jaringan, perddarahan, dan perubahan warna kulit. Pembengkakan lokal (dapa meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan kasus diatas, diagnosa keperawatan hyang dapat muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi / imobilisasi.
DS : klien mengeluh nyeri terus menerus
DO : tampak pembengkakan dan perubahan warna pada daerah yang bengkak.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neromuskular.
DS : klien mengeluh nyeri saat menggerakkan ekstremitasnya
DO : tampak adanya deformitas pada ekstremitas
Diagnosa keperawatan lain yang dapat muncul dari kasus fraktur adalah diantaranya sebagai berikut :
1. Resiko cedera tambahan berhubungan dengan kerusakan nerovaskuler, tekanan, dan disuse.
2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskular peerifer.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi.

C. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : klien mengeluh nyeri terus menerus
DO : tampak pembengkakan dan perubahan warna pada daerah yang bengkak Fraktur pergesern fragmen tulang nyeri NYERI
DS : klien mengeluh nyeri saat menggerakkan ekstremitasnya
DO : tampak adanya deformitas pada ekstremitas
Fraktur dis kontinuitas tulang prubhn jringn sktr pergeseran fragmen tulang deformitas ggn fungsi imobilisasi IMOBILISASI

D. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi / imobilisasi.
• Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
• Kriteria hasil : klien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang.
• Intervensi :
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik nyeri, lokasi nyeri dan durasi.
Rasional : untu menentukan cara penanganan nyeri yang tepat
2. Lakukan kompres dingin 24 -48 jam pertama sesuai kebutuhan
Rasional : menurunkan edema atau pembentukan hematom, menurunkan sensasi nyeri.
3. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat.
Rasional : mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.
4. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif / aktif.
Rasional : mempertahankan kekuatan / mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
5. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, seperti pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
6. Kolaborasi : berikan obat analgesik yang dikontrol klien.
Rasional : menghilangkan nyeri akibat spasme / tegangan otot.

E. EVALUASI
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer
3. Pertukaran gas adekuat
4. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
5. Infeksi tidak terjadi
6. Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Masalah : Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fraktur ekstremitas.
Pokok Bahasan : Keperawatan Dewasa II
Sub Pokok Bahasan : Sistem Muskuluskeletal
Hari / Tanggal :
Waktu : 1 x 45 menit
Tempat :
Sasaran : Klien dan keluarga
Pemberi Penkes :

I. TUJUAN PENYULUHAN UMUM (TPU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien dan keluarga diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang fraktur ekstremitas.


II. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS (TPK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian fraktur.
b. Menjelaskan macam macam atau klasifikasi fraktur.
c. Menyebutkan tanda tanda atau gejala dari fraktur.
d. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dijalani oleh ppasien fraktur.

III. MATERI (TERLAMPIR)
a. Pengertian fraktur.
b. Macam macam fraktur.
c. Tanda-tanda atau gejala dari fraktur.
d. Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur.
IV. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

V. MEDIA DAN ALAT PERAGA
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media / Alat Peraga
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan • Membalas salam

• Memperhatikan
• Memperhatikan LCD
White board

Penyajian e. Menjelaskan materi tentang Pengertian fraktur, Macam macam fraktur, Tanda-tanda atau gejala dari fraktur, dan Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur.
a. Memberi kesempatan bertanya
b. Menjawab pertanyaan • Memperhatikan dan mencatat


• Mengajukan pertanyaan
• memperhatikan LCD
White Board
Penutup 1. Merangkum seluruh materi
2. Mengadakan evaluasi/ mengajukan pertanyaan
3. Mengucapkan salam • Memperhatikan

• Menjawab pertanyaan

• Membalas salam

VII. EVALUASI
Soal Lisan:
1. Jelaskan pengertian fraktur !
2. Sebutkan gejala atau tanda-tanda fraktur !

KASUS :
Tn. C 35 tahun dirawat di Rumah Sakit akibat kecelakaan lalu lintas dengan keluhan, saat pengkajian ditemukan keluhan nyeri yang terus menerus dan bertambah berat jika digerakkan. Pada saat dilakukan palpasi teraba adanya deformitas pada ekstremitas dan suara krepitus pada tulang, terdapat pembengkakan dan daerah bengkak berubah warna. Klien tidak dapat menggerakkan ekstremitasnya.
Berdasarkan kasus diatas dan dengan melihat tanda dan gejalanya, dapat disimpilkan bahwa Tn. C mengalami fraktur pada ektremitasnya.

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN

Fraktur menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara menurut Doenges (2000) memberikan batasan, fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan.


B. PENYEBAB (ETIOLOGI)
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba / mendadak dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan secara langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat tekanan berulang.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelainan tulang.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh (osteoporosis).


C. KLASIFIKASI
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi Fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:
• Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
• Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
• Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melewati kulit.
• Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:
1. Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.
2. Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot.
3. Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, otot dan kulit.
3. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
• Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang ( retak dibawah lapisan periosteum) / tidak mengenai seluruh kortek, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.
• Transverse yaitu patah melintang ( yang sering terjadi ).
• Longitudinal yaitu patah memanjang.
• Oblique yaitu garis patah miring.
• Spiral yaitu patah melingkar.
• Communited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil
4. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
• Tidak ada dislokasi.
• Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:
a. Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut.
b. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.
c. Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.
d. Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan over lapp ( memendek ).


D. MANIFESTASI KLINIK
Banyak sekali manifestasi klinik tentang fraktur. Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:
1. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak / edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar / ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
4. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
6. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
7. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.

9. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
10. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.


G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma. Dan jenis fraktur.
2. Scan Tulang, tomogram, CT Scan / MRI : memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat umutk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vasskular.
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau cedera hati.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak.
1. Reposisi / reduksi. Jenis-jenis fracture reduction ( reposisi ) yaitu:
• Manipulasi atau close reduction : Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.
• Open reduction : Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
• Traksi : Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a) Skin Traksi : Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
b) Skeletal traksi : Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.
• Immobilisasi : Setelah dilakukan reposisi dan posisi fragmen tulang sudah dipastikan pada posisi baik hendaknya di immobilisasi dan gerakkan anggota badan yang mengalami fraktur diminimalisir untuk mencegah fragmen tulang berubah posisi.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
• Nama : Tn. C
• Umur : 35 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Pendidikan :
• Alamat :
• Pekerjaan :
• Agama :
• Suku bangsa :
• Tanggal dan jam MRS :
• Nomor register :
• Diagnosa medis : Fraktur
2. Aktivitas istirahat
Tanda : keterbatasan gerak / kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena (dapat segera atau sekunder, akibat pembengkakan / nyeri). Adanya kesulitan dalam istirahat tidur akibat nyeri.
3. Sirkulasi
Tanda : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagi respons terhadap nyeri / ansietas)
Atau hipotensi (hipovolemia). Takikardia (respons stres, hipovolemia). Enurunan atau tak teraba nadi distal, pengisian kapiler lambat, kulit dan kuku pucat / sianotik. Pembengkakan jarinagn atau massa hematoma paada sisi cedera.
4. Neurosensori
Gejala : hilang gerak / sensasi, spasme otot. Kebas / kesemutan (parestesi)
Tanda : deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan / hilang fungsi. Agitasi berhubungan dengan nyeri, ansietas, trauma lain.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkinterlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
6. Keamanan
Tanda : laserasi kulit, avualsi jaringan, perddarahan, dan perubahan warna kulit. Pembengkakan lokal (dapa meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan kasus diatas, diagnosa keperawatan hyang dapat muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi / imobilisasi.
DS : klien mengeluh nyeri terus menerus
DO : tampak pembengkakan dan perubahan warna pada daerah yang bengkak.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neromuskular.
DS : klien mengeluh nyeri saat menggerakkan ekstremitasnya
DO : tampak adanya deformitas pada ekstremitas
Diagnosa keperawatan lain yang dapat muncul dari kasus fraktur adalah diantaranya sebagai berikut :
1. Resiko cedera tambahan berhubungan dengan kerusakan nerovaskuler, tekanan, dan disuse.
2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskular peerifer.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi.

C. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : klien mengeluh nyeri terus menerus
DO : tampak pembengkakan dan perubahan warna pada daerah yang bengkak Fraktur pergesern fragmen tulang nyeri NYERI
DS : klien mengeluh nyeri saat menggerakkan ekstremitasnya
DO : tampak adanya deformitas pada ekstremitas
Fraktur dis kontinuitas tulang prubhn jringn sktr pergeseran fragmen tulang deformitas ggn fungsi imobilisasi IMOBILISASI

D. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi / imobilisasi.
• Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
• Kriteria hasil : klien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang.
• Intervensi :
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik nyeri, lokasi nyeri dan durasi.
Rasional : untu menentukan cara penanganan nyeri yang tepat
2. Lakukan kompres dingin 24 -48 jam pertama sesuai kebutuhan
Rasional : menurunkan edema atau pembentukan hematom, menurunkan sensasi nyeri.
3. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat.
Rasional : mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.
4. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif / aktif.
Rasional : mempertahankan kekuatan / mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
5. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, seperti pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
6. Kolaborasi : berikan obat analgesik yang dikontrol klien.
Rasional : menghilangkan nyeri akibat spasme / tegangan otot.

E. EVALUASI
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer
3. Pertukaran gas adekuat
4. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
5. Infeksi tidak terjadi
6. Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Masalah : Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fraktur ekstremitas.
Pokok Bahasan : Keperawatan Dewasa II
Sub Pokok Bahasan : Sistem Muskuluskeletal
Hari / Tanggal :
Waktu : 1 x 45 menit
Tempat :
Sasaran : Klien dan keluarga
Pemberi Penkes :

I. TUJUAN PENYULUHAN UMUM (TPU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien dan keluarga diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang fraktur ekstremitas.


II. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS (TPK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian fraktur.
b. Menjelaskan macam macam atau klasifikasi fraktur.
c. Menyebutkan tanda tanda atau gejala dari fraktur.
d. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dijalani oleh ppasien fraktur.

III. MATERI (TERLAMPIR)
a. Pengertian fraktur.
b. Macam macam fraktur.
c. Tanda-tanda atau gejala dari fraktur.
d. Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur.
IV. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

V. MEDIA DAN ALAT PERAGA
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media / Alat Peraga
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan • Membalas salam

• Memperhatikan
• Memperhatikan LCD
White board

Penyajian e. Menjelaskan materi tentang Pengertian fraktur, Macam macam fraktur, Tanda-tanda atau gejala dari fraktur, dan Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur.
a. Memberi kesempatan bertanya
b. Menjawab pertanyaan • Memperhatikan dan mencatat

• Mengajukan pertanyaan
• memperhatikan LCD
White Board
Penutup 1. Merangkum seluruh materi
2. Mengadakan evaluasi/ mengajukan pertanyaan
3. Mengucapkan salam • Memperhatikan

• Menjawab pertanyaan

• Membalas salam

VII. EVALUASI
Soal Lisan:
1. Jelaskan pengertian fraktur !
2. Sebutkan gejala atau tanda-tanda fraktur !
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
(SAP)

Masalah : Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang athritis gout.
Pokok Bahasan : Keperawatan Dewasa II
Sub Pokok Bahasan : Sistem Muskuluskeletal
Hari / Tanggal :
Waktu : 1 x 45 menit
Tempat :
Sasaran : klien dan keluarga
Pemberi Penkes :

I. TUJUAN PENYULUHAN UMUM (TPU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang athritis gout.

II. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS (TPK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien dan keluarga diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang athritis Gout.
b. Menjelaskan penyebab athritis gout.
c. Menyebutkan tanda tanda atau gejala athritis gout.
d. Menjelaskan penatalaksanaan dari athritis gout.

III. MATERI (TERLAMPIR)
a. Pengertian athritis gout.
b. Penyebab athritis gout.
c. Tanda-tanda atau gejala athritis gout.
d. Penatalaksanaan athritis gout
IV. METODE
c. Ceramah
d. Tanya Jawab

V. MEDIA DAN ALAT PERAGA
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media / Alat Peraga
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan pengajaran • Membalas salam
• Memperhatikan
• Memperhatikan LCD

White board
Penyajian a. Menjelaskan materi tentang Pengertian athritis gout, Penyebab athritis gout, Tanda-tanda atau gejala athritis gout, dan Penatalaksanaan athritis gout
b. Memberi kesempatan bertanya
c. Menjawab pertanyaan • Memperhatikan dan mencatat
• Mengajukan pertanyaan
• memperhatikan LCD
White Board
Penutup 1. Merangkum seluruh materi
2. Mengadakan evaluasi/ mengajukan pertanyaan
3. Mengucapkan salam • Memperhatikan
• Menjawab pertanyaan
• Membalas salam

VII. EVALUASI
Soal Lisan:
3. Jelaskan pengertian athritis gout!
4. Sebutkan penatalaksanaan athritis gout !

1 Komentar

  1. muskuluskeletal itu dari arti bahasa mana sihh sob..
    hahaha,sory gaptek..

    BalasHapus

Berkomentarlah Secara Bijak dan Sopan, No Sara No Spam, Tidak Di Izinkan Untuk Komentar Iklan, Jadilah Netter yang Baik

© Copyright 2025 - Ari Sinjai
PT Okada Entertainment Indonesia